“Makna Lambang Wayang Dalam Simbol
Indische Partij”
Proposal Penelitian Sejarah
BAGUS WAHYUDI HIDAYATULLAH
KELAS X-IPS 2/04
Dinas Pendidikan
Kabupaten Sidoarjo
SMAN 1 SIDOARJO
2016/2017
1.1. Latar Belakang Masalah
Indische Partij adalah
organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat Islam
(Baca Tulisan saya sebelumnya). Organisasi ini merupakan organisasi pertama
yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan demikian Indische Partij adalah
partai politik pertama di Indonesia. Indische Partich ingin menggantikan
Indische Bond yang berdiri pada tahun 1899. Indische Bond adalah organisasi
kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg, seorang indo. Tujuan
organisasi ini adalah untuk memperbaiki kaum Indo. Pada masa itu kaum Indo
menaruh dendam yang tak ada hingganya kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu
yang bercorak Belanda. Hal ini disebabkan kaum Indo seolah-olah menjadi
"golongan yang dilupakan" oleh bangsa Belanda.
Keistimewaan Indische
Partij adalah usianya yang pendek, tetapi anggaran dasarnya dijadikan program
politik pertama di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Ernest Francois
Eugene Douwes Dekker (alias Setyabudi) di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912
dan merupakan organisasi campuran Indo dengan bumi putera. Douwes Dekker ingin
melanjutkan Indische Bond, organisasi campuran Asia dan Eropa yang berdiri
sejak tahun 1898. Indische Partij, sebagai organisasi politik semakin bertambah kuat setelah bekerja sama dengan dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketiga tokoh ini
kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai”.[1]
Para Pendiri Indische
Partij juga membuat lambang untuk partai politiknya. Berdasarkan perundingan
dan pemikiran Douwwes dekker dipilihnya lambang indische partij yang
dilambangnya terdapat 2 wayang dan seekor burung garuda diatas lambangnya. Dan
menurut pemikiran Douwwes Dekker pemilihan lambang tersebut menunjukkkan
persamaan antara kaum Londo,Indo,dan Pribumi sejalan dengan falsafah yang
didengungkan oleh gerakan Teosofi. Namun pandangan politiknya bersebrangan
dengan kaum teosofis, yang mendukung kerja sama dengan belanda.[2] Oleh karena itu saya akan
meneliti lebih lanjut makna lambang tersebut.
1.2 Batasan Masalah
Untuk mencegah
perluasan masalah dan juga disesuaikan dengan waktu dan biaya yang tersedia,
maka fokus penelitian yaitu makna dua simbol wayang dalam lambang Indische
Partij.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa keterkaitan simbol wayang
dengan partai tersebut?
2.
Apa makna Simbol Wayang Arjuna dan
Kresna dalam lambang Indische Partij?
1.4 Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetauhi keterkaitan simbol
wayang dengan Indische partai.
2.
Untuk mengetauhi apa makna simbol wayang
arjuna dan kresna dalam lambang tersebut.
1.5 Manfaat
Penelitian
A. Bagi penulis : Menambah wawasan terutama yang berkaitan tentang Indische
Partij dan lambang indische partij
B. Bagi pembaca : Bahan pustaka dan menambah pengetahuan.
1.6 Kajian Pustaka
Kajian pustaka
mempunyai arti, peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait di dalam suatu
karya ilmiah. Hal ini dimaksudkan supaya penulis dapat memperoleh data atau
informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai permasalahan yang dikaji. Kajian
pustaka atau teori yang menjadi landasan pemikiran
Buku yang menjadi kajian pustaka dalam penulisan proposal ini antara lain
yang pertama buku Douwwes Dekker : Sang Inspirator Revolusi Karya Yandhrie
Arvian,dkk. Buku tersebut diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada
tahun 2016 di Jakarta. Yang Kedua ada buku Ensiklopedia Umum Karya Hassan
Shadilly dkk. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Kanisius pada tahun 2012
di Yogyakarta. Berdasarkan paparan dari 2 buku tersebut informasi yang diambil
penulis berdasarkan judul proposal ini adalah Sejarah berdirinya Indische
Partij dan Makna simbol wayang dalam lambang Indische Partij.
1.7 Metode
Penelitian
Metode adalah suatu prosedur untuk mengetahui sesuatu yang
memiliki langkah-langkah yang sistematis. Metode yang digunakan dalam
proses ini antara laim metode historis, yaitu proses
menguji dan menganalisis secara kritis
rekaman dan peninggalan masa lalu yang
diperoleh. [3]
1.
Pemilihan topik
Menentukan permasalahan yang akan
dikaji. Topik yang dipilih adalah
kesejarahan yang workable, yaitu
dapat diselesaikan dalam waktu
yang tersedia. Pemilihan topik akan diimbangi faktor pendukung untuk
menyelesaikan penelitian. Faktor tersebut ialah minat
dan kemampuan penulis untuk menyelesaikan
penelitian.
2.
Heuristik
Pengumpulan
sumber tertulis maupun lisan yang relevan dengan tema penelitian. Berupa
buku, jurnal penelitian, laporan penelitian.
1.
Sumber Primer
Kesaksian dari seseorang yang melihat
langsung atau alat
mekanis lain seperti diktafon yaitu
alat atau orang yang hadir
pada peristiwa sejarah tersebut.
Namun dalam penulisan proposal ini penulis tidak menemukan sumber primer
dikarenakan kesulitan untuk mewawancarai saksi hidup dan tidak adanya
arsip-arsip yang sesuai.
2.
Sumber Sekunder
Sumber
yang berasal dari kesaksian dari saksi orang lain.[4] Penulis menggunakan sumber sekunder yaitu dengan
kajian pustaka yang ada dan setara dengan permasalahan karena
keterbatasan waktu dan kesulitan mendapatkan
saksi hidup untuk diwawancararai. Contoh sumber sekunder, yaitu Douwwes Dekker : Sang Inspirator Revolusi Karya Yandhrie
Arvian,dkk. Buku tersebut diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Ensiklopedia Umum Karya Hassan Shadilly dkk.
Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Kanisius .
3.
Kritik Sumber (Verifikasi)
Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat otentisitas
(keaslian sumber) dan
tingkat kredibilitas sehingga
terhindar dari kepalsuan.
a. Kritik Dalam
Untuk menyaring kualitas
keterangan yang didapat
dari sumber sejarah
dimana dilakukannya (cross check). Dalam
hal ini penulis
membandingkan antara keterangan
dari satu buku dengan buku
lainnya kemudian memilih keterangan yang paling banyak
disampaikan oleh informan dalam buku tersebut
b. Kritik Luar
Menguji otentisitas asli tidaknya suatu sumber yang dipakai
untuk menetapkan keaslian sumber
sejarah. Dengan menyeleksi data akan
memperoleh satu fakta.
4.
Interpretasi
Menafsirkan fakta-fakta yang telah diuji kebenarannya, kemudian
menganalisa sumber yang pada
akhirnya akan menghasilkan suatu rangkaian peristiwa. Dalam tahap ini penulis dituntut untuk mencermati
dan mengungkapkan fakta yang diperoleh
dan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Di dalam
interpretasi perlu dilakukannya analisis
untuk mengurangi unsur subjektivitas. Karena sejarah selalu terpengaruh oleh jiwa,
zaman, kebudayaan, pendidikan, lingkungan sosial, dan agama
yang melingkupi penulisannya. Untuk itu analisis sumber perlu dilakukan
dengan menjelaskan fakta yang ada atau
menguraikan informasi dan mengkaitkannya dengan lainnya. Sehingga rekonstruksi
sejarah harus menghasilkan
sejarah yang benar atau
mendekati kebenarannya.
5.
Penulisan Sejarah (Historiografi)
Tahap akhir dalam
penulisan sejarah. Dalam tahap ini memerlukan
kemampuan tertentu untuk menjaga
standar mutu cerita sejarah, misalkan dengan
prinsip sterialisasi (cara membuat urutan peristiwa) yang
memerlukan prinsip korologi
(urutan waktu), prinsip kaukasi (hubungan sebab akibat), dan
bahkan juga kemampuan imajinasi untuk menghubungkan peristiwa
sejarah satu dengan
yang lain menjadi
suatu rangkaian yang masuk akal dengan bantuan
pengalaman. Jadi, membuat semacam
analogi antara peristiwa diwaktu yang lampau dengan tindakan yang telah kita
saksikan dengan mata kepala sendiri diwaktu sekarang, terutama bagi
peristiwa-peristiwa yang sulit dicari dasar kronologi dan kaukasi dalam
penghubungnya.
1.8. Sistematika Penulisan
Penyajian penelitian dalam bentuk tulisan ini diperlukan
adanya sistematika penulis yang
dituangkan dalam tiga bab, dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab
BAB I : Pendahuluan, meliputi: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II :Pembahasan meliputi: sejarah berdirinya indische partij, makna
simbol wayang dalam lambang indische partij
BAB III : Penutup
meliputi simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan Shadilly,dkk. 2012.
Ensiklopedia Umum. Yogyajakarta : PENERBIT KANISIUS.(Hal 451).
Gottschalk,
Louis. 1985. Mengerti Sejarah.
Diterjemahkan oleh: Nugroho Notosusanto.
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 29.
Widya, I.G.
1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal. 18.
Yandhrie Arvian,dkk. 2016.Douwwes Dekker.
Jakarta : Kepustakaan Popul
[1] Hassan Shadilly,dkk. 2012. Ensiklopedia Umum. Yogyajakarta :
PENERBIT KANISIUS.(Hal 451)
[2] Yandhrie Arvian,dkk. 2016.Douwwes
Dekker. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.(Hal 36)
[3] Gottschalk, Louis. 1985.
Mengerti Sejarah. Diterjemahkan oleh: Nugroho Notosusanto.
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 29
[4]
Widya, I.G. 1989. Sejarah Lokal
Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Hal. 18.

Komentar
Posting Komentar